MAKALAH EJAAN DAN PILIHAN KATA


KATA PENGANTAR

   Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Ejaan Dan Pilihan Kata”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :
1.           Ibu Hespi  Septiana, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.           Orang tua kami yang telah membantu baik moral maupun materi.
3.           Teman – teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini 

Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam  pembuatan makalah  tersebut. Kami sangat berharap makalah ini semoga dapat menambah wawasan serta pengatahuan. Dan kami juga sangat menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulandemi perbaikan perbaikan makalah yang selama ini kami buat.

   Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun  yang  membacanya sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.      



Surabaya, 23 Agustus 2019


Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUANA.  Latar Belakang ....................................................................................................................4B.  Rumusan Masalah ...............................................................................................................4C.  Tujuan Penulisan .................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Ejaan/EYD………………....................................................................................................5
B.  Pilihan kata/Diksi…............................................................................................................12
            
BAB III PENUTUP                                                                                                                       A. Kesimpulan..........................................................................................................................19
B.  Saran....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak luput dalam hal tulis menulis. Namun masih banyak orang yang belum mengetahui bagaimana cara menulis yang baik dan benar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Dalam PUEBI itu sendiri, terdapat bagaimana cara penulisan ejaan, kalimat, dan pemilihan kata yang baik dan benar. Ejaan yang benar dan tepat harus mengacu pada buku Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kalimat yang efektif akan mudah dipahami oleh pembaca sebuah karya tulis. Pemilihan kata yang tepat dapat juga bepengaruh pada keindahan karya tulis tersebut.

Saat ini banyak orang yang belum mengetahui tentang ejaan, kalimat efektif, dan pemilihan kata. Pengunaannya pun juga belum tentu mereka tahu. Ejaan, kalimat efektif, dan pemilihan kata (diksi) bermanfaat bagi penulis apapun, dari mulai penulis cerita, cerpen, puisi, drama, hingga pemuat berita di koran - koran. Ejaan yang tepat dan benar harus mengacu pada buku EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Kalimat yang efektif akan mudah dicerna oleh pendengar dan pembaca wacana. Pemilihan kata yang tepat dapat juga berpengaruh pada keindahan tulisan itu.

1.  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan ejaan ?
b.      Apa yang dimaksud dengan pilihan kata ?
c.       Bagaimana cara menggunakan ejaan yang baik dan benar ?
d.      Apa fungsi dari pilihan kata ?
e.       Apa saja ruang linkup ejaan ?

2.  Tujuan Masalah
a.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan ejaan.
b.      Dapat memahami dan menerapkan ejaan dan pilihan kata.
c.       Dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Mengetahui ruang lingkup ejaan.
e.       Dapat mengetahui fungsi dari pilihan kata.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Ejaan (EYD)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan, atau ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk bagaimana menggunakan tanda baca. Fungsi ejaan sangatlah penting yakni a) sebagai landasan pembakuan tata bahasa. b) sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, dan e) sebagai penyaring penetrasi unsur bahasa asing. Buku yang membahas lebih dalam tentang ejaan adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Dengan pedoman tersebut kita sendiri bisa di kategorikan penulis yang santun, mau tak mau, kita mesti tunduk pada kaidah EYD. Contoh, bagaimana penulisan baku “strategic planning” atau strategic planning (berhuruf miring atau tidak).

1.    Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.     Huruf Abjad

b.    Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, i, u, e, o. Contoh pemakaian huruf vokal :
§  Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.
§  Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
§  Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
§  Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
§  Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio.

c.     Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang selain huruf vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d.    Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
§  Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "kh" : khusus, akhir, tarikh.
§  Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ng" : ngarai, bangun, senang.
§  Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ny" : nyata, banyak
§  Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "sy" : syarat, musyawarah, arasy.

e.     Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.   Contoh pemakaiannya dalam kata :
§  Pemakaian Huruf Diftong "ai" : balairung, pandai.
§  Pemakaian Huruf Diftong "au" : autodidak, taufik, harimau.
§  Pemakaian Huruf Diftong "oi" : boikot, amboi.

2.   Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
a.  Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama jabatan, nama gelar kehormatan, keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi, bulan, tahun, dll.2

b.  Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah disesuaikan ejaannya), dan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

3.    Penulisan Kata
Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
a.      Kata Dasar
Kata dasar adalah kata aslinya (kata yang belum mengalami perubahan bentuk), yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya :
§  Buku itu sangat tebal.
§  Kantor pajak penuh sesak.

b.       Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kata Turunan adalah kata dasar yang telah ditambahan dengan imbuhan. Misalnya :
§  Menulis
§  Membaca

Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya :
§  Sebar luaskan
§  Bertepuk tangan

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.Misalnya :
§  Keanekaragaman
§  Menandatangani

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
§  Mahaadil
§  Antarkota

c.       Kata Ulang
Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda (-). Jenis jenis kata ulang yaitu :
§  Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki
§  Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-laki
§  Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
§  Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya = Main : Bermain-main

4. Pemakaian Tanda Baca
a.  Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan:
§  Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
§  Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
§  Memisahkan kalimat setara dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
§  Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
§  Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, aduh, wah, ya, dan kasihan.
§  Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
§  Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
§  Dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara mata uang yang dinyatakan dengan angka.
§  Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
§  Dipakai di antara nama penulis yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
§  Menghindari terjadinya salah baca dan salah paham di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
§  Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

b. Tanda Titik (.)
 Penulisan tanda titik di pakai pada :
§  Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
§  Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
§  Akhir singkatan nama orang.
§  Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
§  Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar, bagan, atau ikhtisar.
§  Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
§  Memisahkan waktu (angka jam, menit, dan detik).
§  Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.

c. Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
§  Akhir kalimat tanya.
§  Digunakan untuk menyatakan kalimat yang masih diragukan atau kurang bisa dibuktikan kebenarannya.

e. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, rasa emosi yang kuat dan ketidakpercayaan.

f. Tanda Titik Dua ( : )
    Tanda titik dua dipakai untuk :
§  Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
§  Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
§  Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan nama pelaku dalam percakapan
§  Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
§  Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
§  Di antara jilid atau nomor dan halaman
§  Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

g. Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

h. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai untuk :
§  Dalam penomoran kode surat.
§  Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

i.  Tanda Petik ( "…" )
    Tanda petik dipakai untuk :
§  Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
§  Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum
§  Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

j. Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

k. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:
§  1 Januari ’88. (’88 = 1988)
§  Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
§  Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

l. Tanda Petik Tunggal ( ‘...’ )
   Tanda petik tunggal dipakai untuk:
§  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
§  mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.


B. Pilihan Kata (Diksi)
       Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam menyampaikan sebuah gagasan atau cerita. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan sebuah gagasan atau menceritakan suatu peristiwa, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa dan berbagai macam ungkapan.
       Selain itu siksi juga merupakan ketepatan pilihan kata dan menjadi salah satu unsur yang sangat penting, baik itu dalam dunia tulis-menulis maupun dalam komunikasi kita sehari-hari.
            1. Pengertian Diksi Menurut Para Ahli
a. Harimurti
Menurut Harimurti, pengertian diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam mengarang.
b. Widyamartaya
Menurut Widyamartaya, definisi diksi adalah kemampuan seseorang dalam membedakan secara tepat suatu nuansa-nuansa makna yang tepat dengan gagasan yang disampaikannya, dan kemampuan tersebut yang sesuai dengan kehendak dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.
c. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian diksi menurut KBBI adalah pemilihan kata yang memiliki makna tepat dan selaras atau dalam penggunannya memiliki kecocokan dalam mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar pilihan kata.
           

2.  Fungsi Diksi
Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti apa maksud yang disampaikan.
            Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.
   Fungsi diksi secara umum adalah sebagai berikut:
§  Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis atau pun terucap”.
§  Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.
§  Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
§  Membuat komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Syarat Diksi
            Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan kesesuaian dan ketetapan. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis.
Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan:
3.1  Kaidah kelompok kata/frase,
            Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata / diksi yang tepat, seksama, lazim, dan benar.Tepat adalah pemilihan kata dengan menempatkannya pada kelompoknya.
3.2  Kaidah makna kata
Pilihan kata/diksi harus memperhatikan maksa dasar kata yang bersangkutan.Kesulitannya adalah orang tidak dapat lagi membedakan makna kata dasar dan makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan, perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna, serta pearbedaan profes
Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:
§  Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
§  Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
§  Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
§  Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
§  Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agarketepatan diksi terjamin
§  Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan ataupun pidato.

4. Ciri-Ciri Diksi
     Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi tersebut. Dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, yaitu:
a.       Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga hal-hal yang diamanatkan
b.      Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat makna serta bentuk yang sesuai dengan gagasan dan situasi serta nilai rasa pembaca.
c.       Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya serta dapat menggerakan dan juga memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang jelas.



5. Jenis-Jenis Diksi
Selanjutnya adalah jenis jenis diksi berdasarkan maknanya yang harus anda ketahui diantaranya:
a. Makna Denotatif
Makna denotatif artinya makna asli, makna sebenarnya, ataupun makna asal dari sebuah kalimat ataupun kata. Dibawah ini beberapa contoh dari makna denotatif:
1.      Sari sangat “gemar membaca”, jadi, tak heran bila dia pintar serta berpengetahuan luas.
2.      Ari terlihat senang, mungkin ari sedang mendapatkan “keuntungan yang sangat melimpah”.
3.      Tubuh heny sangat kurus (yang dimaksud kurus disini bermakna denotatif kondisi tubuhnya lebih kecil dibandingkan ukuran badan normal).

b. Makna Konotatif
Makna konotatif, menyatakan makna yang memiliki arti bukan sebenarnya terhadap suatu kalimat ataupun kata. Berikut ini contohnya:
1.      Seorang ayah “banting tulang” tanpa kenal lelah, bekerja pagi hingga petang hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. (“banting tulang” bermakna bekerja keras).
2.      Rika salah satu murid “kutu buku”, maka tak heran bila dirinya pintar dan memiliki pengetahuan luas. (“kutu buku” bermakna jika Rika gemar membaca buku).
3.      Tania sangat bahagia, kemungkinan dia saat ini mendapat “durian runtuh”. (makna “durian runtuh” disini ialah Tania mendapat keuntungan yang sangat melimpah).

Jenis diksi juga bisa dibedakan berdasarkan leksikal diantaranya:
a.    Sinonim
Sinonim merupakan kata yang bermakna sama. Penertian sinonim lainnya ialah persamaan kata. Dibawah ini terdapat beberapa contoh kata sinonim:
Bahagia = Gembira
Matahari = Mentari
Lezat = Enak
Pintar = Pandai
Bagus = Indah
b. Antonim
Jenis yang kedua adalah antonim yang berarti kata yang mempunyai makna berlawanan. Atau bisa diartikan juga dengan perbedaan kata atau lawan kata. Dibawah ini beberapa contoh antonym adalah:
Naik >< Turun
Banyak >< Sediki
Tinggi >< Pendek
Besar >< Kecil
Gelap >< Terang
Cepat >< Lambat
Mahal >< Murah

c. Homonim
Yang ketiga adalah homonim yakni kata yang mempunyai makna berbeda, tapi lafal ataupun ejaannya sama. Dibawah ini contoh homonim adalah:
1.      Di awal bulan, Bapak menerima gaji.
2.      Bulan purnama tampak sangat jelas dikarenakan langitnya tidak berawan.

Kata “bulan”, yang tertulis dikalimat pertama dengan kalimat kedua mempunyai lafal serta ejaan yang sama tapi maknanya tidak sama. Pada kalimat pertama diatas menunjukan tanggal, sementara kalimat yang kedua ditujukan untuk bulan yang ada di langit.

d. Homofon
Jenis homofon merupakan kata yang bermakna dan berejaan beda, tapi punya lafal sama. Dibawah ini contoh kata berjenis homofon:
1.      Rika rajin sekali menabung di Bank.
2.      Kakak Rika adalah Bang Dimas.
Kata pada kalimat pertama “Bank” dengan kalimat kedua “Bang”, punya lafal yang sama tapi punya ejaan dan makna tidak sama. Di kalimat pertama berarti tempat, sementara kalimat kedua, menunjukan pengertian saudara.

e. Homograf
Jenis berikutnya ada homograf merupakan kata yang bermakna dan berlafal beda, namun mempunyai ejaan sama. Berikut ini contohnya:
1.      Dani sedang mengkonsumsi Tahu goreng saat ini.
2.      Dani tidak Tahu jika hari ini adalah hari Senin.

Tahu yang terdapat pada kalimat diatas punya ejaan yang sama. Pada kalimat pertama berarti sebuah makanan tetapi kalimat kedua mengartikan lupa dengan hari.

f. Polisemi
Selanjutnya adalah polisemi yang merupakan kata yang punya banyak arti ataupun pengertian. Dibawah ini beberapa contoh polisemi:
1.      Saya menabung di bank dan mendapat Bunga 20%.
2.      Sinta menjadi bunga desa di desanya.
3.      Bunga melati sangat harum baunya.

Di kalimat pertama terdapat kata “bunga” yang menunjukan jika saya menabung di bank dan mendapat untung. Lalu pada kalimat kedua juga menunjukan arti bahwa sinta adalah wanita paling cantik di desanya. Terakhir kalimat ketiga telah menunjukan bunga melati yang baunya harum.

g. Hipernim dan Hiponim.
Selanjutnya ada hipernim yang merupakan kata yang telah mewakili banyak kata lainnya. Sehingga kata hipernim dapat menjadi kata umum suatu penyebutan kata lainnya. Sementara Hiponim merupakan kata yang terwakili maknanya oleh kata hipernim. Dibawah ini contoh kalimat dari kata hipernim serta hiponim:
1.      Di dalam hutan belantara banyak sekali binatang liar, misalnya harimau, serigala, kera, macan tutul, rusa, maupun lainnya.
2.      Kata hipernimnya adalah Binatang liar. Sementara kata hiponimnya adalah harimau, srigala, rusa, macan tutul, kera maupun lainnya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau cara menuliskan atau menyampaikan bahasa dengan menggunakan huruf,  kata,  dan tanda baca sebagai sarananya.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, Unsurnya meliputi :
1.        Pemakaian huruf
2.        Penulisan kata
3.        Pengunaan tanda baca

 Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Fungsi diksi secara umum adalah sebagai berikut:
1.        Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis atau pun terucap”.
2.        Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.
3.        Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
4.        Membuat komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
B.     Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai mahasiswa untuk selalu mengingatkan tata bahasa guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. karena seorang mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas perkuliahannya.
Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami ke depannya.
Daftar Pustaka

Dr. Henry Guntur Tarigan, 1985. Pengajaran Kosakta. Bandung : ANGKASA.
As’ad sungguh, Cetakan Kesepulih 2014. EYD  Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
As’ad sungguh, Cetakan Keempat 2004. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Jack Parmim & Anas Ahmadi, Edisi ketiga 2016. Menulis Ilmiah. Surabaya : Unipress Universitas Negeri Surabaya.
Dedy Sugono,Sugiyono, Yeyen Maryani, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia UntukPerguruan Tinggi. Cetakan ke-6. Jakarta: Akademika Pressindo.
Daniel Parera, Jos. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.


Comments

Popular posts from this blog

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH I DAMASKUS